Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2013

Sejarah Munculnya Fiksi Sains

Istilah science fiction , menurut Aldiss dalam Sandya Maulana (2010: 15) digunakan pertama kali dalam majalah cerita pendek Amazing Stories yang disunting oleh Hugo Gernsback dan terbit pertama kali pada tahun 1926. Sebelum istilah science fiction digunakan, sebenarnya karya-karya fiksi sains telah bermunculan sebelumnya. Kecenderungan pemanfaatan sains atau ilmu pengetahuan sebagai unsur dominan dalam bangunan naratif suatu karya fiksi ditengarai muncul sejak novel Frankenstein karya Mary Shelley yang terbit pada tahun 1818. Jauh Sebelum itu, di Dunia Islam, Ibn Thufail (1106-1185) lewat karyanya, Hayy Ibn Yaqzhan telah berhasil mengintegrasikan deskripsi anatomi, astronomi dan filsafat Islam sebagai naluri, intuisi dan akal murni oleh tokoh Hayy. Banyak kalangan sastra yang mengagumi sebagai karya sastra yang bernilai tinggi dan tidak sedikit pula pemikir yang menempatkan karya tersebut dalam kerangka pemikiran Ibn. Thufail. (Mahayana, 2007: 343) Kemudian pada abad ke-19, tepatn

Klasifikasi Fiksi Sains

Menurut Cramer dan Westfahl sebagaimana dikutip Sandya Maulana (2010: 22-24) klasifikasi fiksi sains umumnya disusun berdasarkan jenis sains yang dihadirkan atau bagaimana sains diperlakukan. Ada tiga klasifikasi fiksi sains yang paling terkenal, yaitu sebagai berikut: a. Fiksi sains ‘keras’ atau h ard science fiction , yaitu fiksi sains yang berhubungan erat dengan perkembangan sains dan teknologi dan membutuhkan pemahaman tentang sains dalam pembacaannya. Fiksi sains ‘keras’ juga mengacu pada sains ‘keras’ yang dibahas di dalamnya. Sains keras yang dimaksud di sini adalah ilmu alam atau eksakta seperti fisika, matematika, serta ilmu-ilmu yang relatif baru seperti sibernetika dan robotika . b. Fiksi sains ‘halus’ atau soft science fiction , yaitu fiksi sains yang cenderung menggunakan ilmu-ilmu sains ‘halus’. Termasuk sains halus di sini adalah ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, ekonomi, politik, dan pada saat-saat tertentu, psikologi. Fiksi sains ‘halus’ bisa juga memuat unsur-u

Sastra dan Transfromasi Kebudayaan (1)

"Lebih baik segera menyalakan lilin, dari pada mengutuk kegelapan" ~ A. Mustafa Bisri Era globalisasi yang diiringi dengan kemajuan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Persebaran informasi yang bisa diakses dengan mudah dan cepat mengakibatkan terjadinya perubahan budaya yang sulit terkontrol. Sayangnya perubahan budaya tersebut seringkali bukan menuju ke arah yang lebih baik, melainkan justru sebaliknya. Besarnya tantangan era globalisasi bagi bangsa Indonesia kurang sebanding dengan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi yang kita miliki. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kita yang masih rendah merupakan realitas sosial yang tengah kita alami saat ini. Bangsa kita akan semakin tertinggal jika selamanya menjadi bangsa yang senang meniru dan membeli produk-produk bangsa asing. Indonesia akan menjadi negara yang lemah jika masyarakatnya tidak kreatif dan menghargai ilmu pengetahuan. Untuk bisa men

Sastra dan Transformasi Kebudayaan (2)

Begitu besarnya pengaruh karya sastra sehingga para ahli kebudayaan tidak ada yang meremehkan kekuatan sastra. Meskipun karya sastra bersifat imajiner, namun tetap masuk akal dan mengandung kebenaran (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyanto, 1995: 2). Hal tersebut dikarenakan pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran yang telah diyakini “keabsahannya” sesuai dengan pandangannya terhadap masalah hidup dan kehidupan. Karya sastra tidak tercipta begitu saja, tetapi merupakan produk intelektual dan perenungan yang terkadang dikerjakan dengan riset yang mendalam. Selain sisi estetika (keindahan), di dalam karya sastra terdapat keseriusan yang tidak jarang memunculkan unsur ilmu pengetahuan. Maka, dengan membaca karya sastra maka pembaca akan bisa menemukan (bukan diajari) nilai-nilai kemanusiaan. (Basuki Ks, 2005: 20) Oleh sebab itu, dengan menjadikan sastra sebagai agen transform

Pengertian Prosa Fiksi Sains

Istilah prosa fiksi sains terdiri dari tiga kata, yakni “prosa”, “fiksi” dan “sains.” Fiksi sains sendiri sering pula disebut sebagai fiksi ilmiah atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah science fiction (sering disingkat Sc-Fi ). Secara bahasa “prosa” diartikan sebagai karangan bebas. Sedangkan “fiksi” biasa diartikan sebagai cerita rekaan. Aminuddin (2002: 66) mengartikan prosa fiksi sebagai kisahan atau cerita yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Contoh dari prosa fiksi adalah cerita pendek, novel, dongeng, dan jenis-jenis prosa lain yang sifatnya adalah cerita rekaan. Dalam Kamus Istilah Sastra (Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, Hani'ah, 2004: 51) fiksi sains disamakan dengan cerita rekaan ilmu. Fiksi sains memiliki bentuk kisahan yang alur, tema, dan latarnya disajikan secara imajinatif, berdasarkan pengetahuan