Skip to main content

Sastra dan Transfromasi Kebudayaan (1)

"Lebih baik segera menyalakan lilin, dari pada mengutuk kegelapan"
~ A. Mustafa Bisri
Era globalisasi yang diiringi dengan kemajuan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Persebaran informasi yang bisa diakses dengan mudah dan cepat mengakibatkan terjadinya perubahan budaya yang sulit terkontrol. Sayangnya perubahan budaya tersebut seringkali bukan menuju ke arah yang lebih baik, melainkan justru sebaliknya.

Besarnya tantangan era globalisasi bagi bangsa Indonesia kurang sebanding dengan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi yang kita miliki. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kita yang masih rendah merupakan realitas sosial yang tengah kita alami saat ini. Bangsa kita akan semakin tertinggal jika selamanya menjadi bangsa yang senang meniru dan membeli produk-produk bangsa asing. Indonesia akan menjadi negara yang lemah jika masyarakatnya tidak kreatif dan menghargai ilmu pengetahuan.
Untuk bisa menjadi bangsa yang mandiri, maju, dan bermartabat memang tidak semudah membalik telapak tangan. Harus ada upaya, dan itu harus melalui proses yang tidak sebentar.

Kaitannya dengan hal tersebut, barangkali kita perlu mengingat ungkapan yang mengatakan bahwa bangsa besar adalah bangsa yang menghargai karya sastra. Karya sastra dipercaya ampuh memberikan berpengaruh terhadap transformasi kebudayaan. Transformasi kebudayaan yang dimaksud di sini adalah perubahan budaya yang menjadikan bangsa ini menuju ke arah yang lebih baik. Karena itulah, sastra tidak boleh diremehkan. Sastra merupakan dokumen kebudayaan yang menjadi salah satu tiang peradaban.

Karya telah diyakini keunggulannya untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa sehingga berperan untuk mencerdaskan bangsa. Bagi pembaca, karya sastra dapat menggugah perasaan, mendorong orang memikirkan masalah masyarakat dan manusia. Membaca karya sastra memungkinkan seseorang mendapat masukan tentang manusia atau masyarakat dan menimbulkan pikiran serta motivasi untuk berbuat sesuatu bagi kemanusiaan atau masyarakat itu. Setelah itu, akan timbul kepedulian pribadi dan anggota masyarakat terhadap apa yang dihadapi masyarakat.

Mochtar Lubis dengan yakin pernah mengungkapkan bahwa sastra mampu menggerakkan gelombang kesadaran masyarakat, serta menyuntikkan motivasi masyarakat guna melakukan loncatan tranformasi kebudayaan selekas-lekasnya. Sebab karya sastra memiliki spririt untuk membangun nilai-nilai kemajuan. (Ramadhan K.H (Ed), 1995: 80)

Apa saja perubahan budaya yang dipengaruhi oleh karya sastra? Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1. Budaya membaca yang penting di era kemajuan sains dan teknologi;
2. Rasa simpati terhadap penderitaan masyarakat dan berusaha untuk menaggulanginya;
3. Budaya yang beretika dan bermoral tinggi dalam kehidupan sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat, dan pribadinya;
4. Mencintai kebenaran, keberanian, kejujuran, ketabahan dan ketangguhan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan;
5. Masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri. (Alwi, 2002: 233)
6. Sastra juga dapat mengarahkan kepada pemberdayaan yang bukan saja membuat orang memiliki ketegasan, tetapi juga mampu menghadapi tantangan masa depan.













Comments

Popular posts from this blog

Sinopsis Novel Area X karya Eliza V Handayani

Judul    : Area-X: Hymne Angkasa Raya Pengarang     : Eliza V. Handayani Penerbit     : Dar! MIZAN, Bandung Tebal     : xxiv + 368 halaman Cetakan    : I, Juli 2003 Yudho dan Rocky adalah mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komputer. Pada September 2015 mereka melakukan penyusupan di Area-X.  Area-X (baca area sepuluh), dalam novel ini merupakan salah satu area yang berfungsi sebagai pusat penelitian IPTEK mutakhir di Indonesia. Kabarnya, Area-X dibangun dengan dalih untuk kepentingan rakyat. Tetapi Area-X disinyalir menyimpan misteri dan beredar kabar bahwa di tempat itu sedang diadakan penelitian berbahaya dan illegal. Yudho dan Rocky ingin mencari tahu apa sebenarnya yang dilakukan para peneliti di tempat tersebut. Setelah menyusun siasat, akhirnya Yudho dan Rocky berhasil masuk ke dalam Area-X. Tetapi naas, keberadaan mereka diketahui penjaga. Akibatnya Rocky terjebak dan menghembuskan nafas terakhirnya, sementara Yudho sendiri berhasil kabur. Kematian Rocky membuat Yudho dibenci

Pengertian Prosa Fiksi Sains

Istilah prosa fiksi sains terdiri dari tiga kata, yakni “prosa”, “fiksi” dan “sains.” Fiksi sains sendiri sering pula disebut sebagai fiksi ilmiah atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah science fiction (sering disingkat Sc-Fi ). Secara bahasa “prosa” diartikan sebagai karangan bebas. Sedangkan “fiksi” biasa diartikan sebagai cerita rekaan. Aminuddin (2002: 66) mengartikan prosa fiksi sebagai kisahan atau cerita yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Contoh dari prosa fiksi adalah cerita pendek, novel, dongeng, dan jenis-jenis prosa lain yang sifatnya adalah cerita rekaan. Dalam Kamus Istilah Sastra (Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, Hani'ah, 2004: 51) fiksi sains disamakan dengan cerita rekaan ilmu. Fiksi sains memiliki bentuk kisahan yang alur, tema, dan latarnya disajikan secara imajinatif, berdasarkan pengetahuan

FIKSI SAINS DI INDONESIA

Nyoman Tusthi Eddy pernah menyatakan bahwa sastra Indonesia belum memiliki fiksi ilmiah. Menurutnya, para penulis fiksi Indonesia belum ada yang memiliki dua faktor yang dibutuhkan untuk menghasilkan karya fiksi sains, yakni “terampil sekaligus berselera tinggi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi” dan “kebebasan berpikir.” ( Suara Karya, 28 -2- 2009 ). Pendapat tersebut, menurut saya terkesan terburu-buru dan tidak berdasar. Tusthi seakan tidak mau melihat perkembangan sastra Tanah Air, mengingat ketika tulisan tersebut diterbitkan, kesusasteraan Indonesia sudah melahirkan beberapa fiksi ilmiah. Meskipun di negeri ini fiksi ilmiah atau sains masih belum tumbuh sebagaimana genre prosa fiksi yang lain, tetapi kehadirannya telah banyak memberikan warna baru pada khasanah kesusasteraan kita. Kemunculan fiksi sains di Indonesia telah diteliti oleh M.V. Wresti Budiaju A.P dalam penelitian berjudul Kajian Perkembangan Fiksi Ilmiah Anak dan Remaja Karya Pengarang Indonesia 196