Skip to main content

Fiksi dan Ilmiah: Star Trek Into Darkness

Star Trek Into Darkness merupakan sekuel dari film Star Trek tahun 2009 yang disutradarai oleh J. J. Abrams. Film ini dirilis pada tanggal 9 Mei 2013 di seluruh dunia. Menurut Box Office Mojo, film Star Trek Into Darkness minggu ini (17-23 Mei) mampu mendepak film Iron Man 3 yang dalam dua minggu menduduki peringkat pertama di box office.
Nah, di tulisan ini akan diulas beberapa unsur fiksi dan ilmiah pada film Star Trek Into Darkness seperti halnya film Oblivion yang telah diulas pada postingan sebelumnya. Apakah sisi keilmiahan pada film ini relevan dengan realita ilmu pengetahuan yang ada pada saat ini? Berikut ini ulasannya:

1. Senapan phaser

Fiksi:
Star-Trek1
Phaser dalam film Star Trek (sumber)
Phaser merupakan senjata dengan energi terarah (directed-energy weapons [DEW]) yang memang sudah terlihat semenjak seri pertama Star Trek yang original. Phaser adalah akronim dari Photon Maser pada seri original Star Trek, namun kemudian direvisi menjadi Phased Energy Rectification. Phaser ini hampir sama dengan pistol yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Dalam Star Trek versi reboot tahun 2009, phaser yang digunakan hampir sama dengan versi klasik, namun tidak lagi menggunakan sinar berkelanjutan tapi menggunakan paket-paket energi. Di versi 2009 hanya ada dua pengaturan dalam phaser yaitu melumpuhkan atau membunuh.
Ilmiah:
Active Denial System (Sumber)
Active Denial System (Sumber)
Phaser pada dasarnya merupakan senjata partikel, sebuah subtipe dari directed-energy weapons (DEW). Beberapa senjata subtipe dari DEW adalah senjata laser dan senjata gelombang mikro. Phaser memang belum bisa diciptakan untuk saat ini dan mungkin yang saat ini telah ada dan mirip dengan phaser adalah senjata non-lethal (tidak mematikan) Active Denial System (ADS), suatu sistem senjata militer yang mengarahkan gelombang mikro untuk melumpuhkan target dengan memanaskan permukaan kulit. Senjata ini diciptakan oleh militer Amerika Serikat dan pernah digunakan dalam perang di Afghanistan. ADS diciptakan untuk meminimalkan kematian, terutama dari warga sipil.

2. Torpedo foton

Fiksi:
Star-Trek2
Torpedo foton (Sumber)
Torpedo foton merupakan senjata yang telah ada semenjak Star Trek versi pertama. Berbeda dengan senapan phaser, senjata ini merupakan senjata yang berbahan antimateri. Berdasarkan serial televisi Star Trek: The Next Generation, torpedo foton menggunakan 1,5 kg materi dan 1,5 kg antimateri. Di film terbaru, Star Trek Into Darkness, terdapat sebuah torpedo foton baru yang masih dalam tahap eksperimen dan kemungkinan tidak sah atau tidak sesuai dengan regulasi Starfleet.
Ilmiah:
Torpedo foton merupakan senjata balistik yang menggunakan bahan antimateri. Di dunia nyata sistem persenjataan jenis ini masih belum ada. Antimateri tidak ditemukan secara alami, kecuali karena peluruhan radioaktif dan hanya ada dalam waktu singkat serta jumlah yang sedikit. Antimateri memang telah berhasil diciptakan oleh para ilmuwan pada saat ini, namun untuk dapat digunakan sebagai sebuah sistem persenjataan masih belum memungkinkan. Keterbatasan teknologi dan dana menjadi hambatan untuk torpedo foton ini. Hingga saat ini torpedo foton masih menjadi sebuah hipotesis.

3. Medan gaya

Fiksi:
Medan Gaya (Sumber)
Medan Gaya (Sumber)
Medan gaya membuat beberapa penampilan yang berbeda dalam film ini. Sebuah adegan menarik di mana seorang tahanan Starfleet dikurung dalam sebuah sel yang tidak ada jeruji besinya. Di tahanan tersebut hanya terdapat sebuah medan gaya yang tidak terlihat dan dapat disesuaikan sehingga tahanan tidak bisa melarikan diri.
Ilmiah:
Medan magnet Bumi, pada dasarnya, adalah sebuah medan yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Medan ini dapat membelokkan partikel bermuatan dari Matahari, yang jika gagal maka akan merusak permukaan Bumi dan kehidupan akan berakhir. Saat ini para ilmuwan sedang melakukan penelitian untuk membuat sebuah perisai medan gaya yang dapat melindungi pesawat luar angkasa di orbit.

4. Stasiun di satelit Jupiter

Fiksi:
Jupiter dan Empat Satelit Galelia (sumber)
Jupiter dan Empat Satelit Galelia (Sumber)
Dalam film Star Trek Into Darkness, kepala teknisi U.S.S Enterprise, Scotty, dikirimkan ke sebuah pangkalan militer rahasia yang terdapat di salah satu satelit dari planet Jupiter. Di sana ia menemukan beberapa perkembangan yang meresahkan dan nantinya akan menyebabkan masalah di Starfleet. Dalam mitologi Star Trek, perjalanan luar angkasa merupakan hal yang biasa dilakukan. Perjalanan luar angkasa di dalam tata surya merupakan suatu hal yang mudah dilakukan dan perjalanan Scotty digambarkan seperti halnya berjalan di jalanan biasa.
Ilmiah:
Jupiter memiliki lebih dari 60 satelit (saat ini diketahui memiliki 67 satelit) dengan empat satelit Galilea — Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Satelit-satelit Jupiter merupakan tempat yang sangat cocok untuk dikolonisasi karena adanya atmosfer dan magnetosfer yang membelokkan radiasi. Namun hingga saat ini masih belum dapat dilakukan kolonisasi di satelit-satelit Jupiter. Jika saja kita bisa membangun stasiun di beberapa satelit alami di tata surya, kemungkinan Jupiter akan memiliki banyak sekali stasiun karena banyaknya satelit yang dimilikinya.

5. Alat komunikasi subspace

Fiksi:
Alat Telekomunikasi Starfleet (Sumber)
Alat Telekomunikasi Starfleet (Sumber)
Saat film Star Trek asli tahun 1966 memulai debutnya, sebuah alat komunikasi genggam merupakan sebuah peralatan fiksi ilmiah murni. Sebuah telepon nirkabel yang ada dalam genggaman? Tidak dapat dipercaya! Setidaknya pada saat itu. Dalam film terbaru, perangkat ini sebagian besar tidak berubah meskipun mereka masih menggunakan sebuah pseudo ilmiah “frekuensi subspace” untuk menghubungkan tim yang pergi meninggalkan U.S.S Enterprise yang diparkir di asteroid terdekat.
Ilmiah:
Menariknya, alat komunikasi mungkin merupakan suatu bagian dalam mitologi Star Trek yang mampu dikalahkan oleh realita ilmu pengetahuan yang ada saat ini. Terdapat sebuah kelucuan ketika Kapten Kirk membuka alat komunikasinya yaitu sebuah ponsel lipat, zaman kapan itu? Inilah hal yang dapat dikalahkan oleh realita. Saat ini, komunikasi di ISS (Stasiun Luar Angkasa Internasional) telah menggunakan jaringan nirkabel digital internal untuk menghubungkan astronot. Bahkan dunia saat ini telah berhasil menempatkan satelit telepon seluler ke orbit. Starfleet mungkin memiliki keunggulan di inti warp dan kristal dilithium, namun dunia nyata saat ini telah memiliki beragam jenis smartphone.

sumber: http://www.anashir.com/2013/05/252244/133118/fiksi-dan-ilmiah-star-trek-into-darkness

Comments

Popular posts from this blog

Sinopsis Novel Area X karya Eliza V Handayani

Judul    : Area-X: Hymne Angkasa Raya Pengarang     : Eliza V. Handayani Penerbit     : Dar! MIZAN, Bandung Tebal     : xxiv + 368 halaman Cetakan    : I, Juli 2003 Yudho dan Rocky adalah mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komputer. Pada September 2015 mereka melakukan penyusupan di Area-X.  Area-X (baca area sepuluh), dalam novel ini merupakan salah satu area yang berfungsi sebagai pusat penelitian IPTEK mutakhir di Indonesia. Kabarnya, Area-X dibangun dengan dalih untuk kepentingan rakyat. Tetapi Area-X disinyalir menyimpan misteri dan beredar kabar bahwa di tempat itu sedang diadakan penelitian berbahaya dan illegal. Yudho dan Rocky ingin mencari tahu apa sebenarnya yang dilakukan para peneliti di tempat tersebut. Setelah menyusun siasat, akhirnya Yudho dan Rocky berhasil masuk ke dalam Area-X. Tetapi naas, keberadaan mereka diketahui penjaga. Akibatnya Rocky terjebak dan menghembuskan nafas terakhirnya, sementara Yudho sendiri berhasil kabur. Kematian Rocky membuat Yudho dibenci

Ulasan Novel Area X

Ulasan Novel Area X - Sebelum terbit dalam bentuk novel mula-mula Area X adalah naskah film yang memenangi Lomba Penulisan Film/ Video tahun 1999. Kemudian Eliza menjadikannya novel dan dipublikasikan secara bersambung di Majalah Horison sisipan Kakilangit, 9 edisi berturut-turut dari Januari-September 2001. Lalu, sambil kuliah di Universitas Wesleyan, Amerika Serikat, Eliza menyempurnakan novel ini. Eliza V. Handayani terlihat begitu serius dalam mengerjakan novel ini. Berdasarkan pengakuan dari penulisnya sendiri, novel ini ditulis dengan menggunakan rujukan sejumlah 33 buku, jurnal, dan buletin (terbitan 1975-2002), meliputi astronomi, astrobiologi (ilmu bintang, ilmu biologi), sains dan teknologi, ufologi (ilmu benda angkasa tak terindentifikasi) juga studi tentang minyak bumi. Eliza menggunakan leterarur tersebut untuk menguatkan cerita dan supaya novelnya bisa dipertanggungjawabkan. Banyak kalangan sastra memuji novel ini. Di antaranya adalah Budi Darma. Di sampul novel,

Pengertian Prosa Fiksi Sains

Istilah prosa fiksi sains terdiri dari tiga kata, yakni “prosa”, “fiksi” dan “sains.” Fiksi sains sendiri sering pula disebut sebagai fiksi ilmiah atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah science fiction (sering disingkat Sc-Fi ). Secara bahasa “prosa” diartikan sebagai karangan bebas. Sedangkan “fiksi” biasa diartikan sebagai cerita rekaan. Aminuddin (2002: 66) mengartikan prosa fiksi sebagai kisahan atau cerita yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Contoh dari prosa fiksi adalah cerita pendek, novel, dongeng, dan jenis-jenis prosa lain yang sifatnya adalah cerita rekaan. Dalam Kamus Istilah Sastra (Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, Hani'ah, 2004: 51) fiksi sains disamakan dengan cerita rekaan ilmu. Fiksi sains memiliki bentuk kisahan yang alur, tema, dan latarnya disajikan secara imajinatif, berdasarkan pengetahuan