Wah, lega rasanya jika karya kita sudah selesai. Pastilah ada kepuasan tersendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan hal-hal yang sifatnya materi. Tetapi sabar dulu, jangan terburu-buru untuk mengirimkan karyamu ke penerbit atau ke media massa. Kita perlu membaca lagi apa yang kita tuliskan untuk kemudian melakukan perbaikan (edit dan revisi). Jika kamu menuliskannya di komputer, maka disarankan agar tulisanmu bisa dicetak terlebih dulu. Sebab, kita bisa lebih rileks manakala membaca tulisan di kertas ketimbang di layar monitor, dan dengan demikian kita akan lebih teliti.
Cobalah periksa kembali hal-hal sederhana tetapi mendasar dan penting, seperti tanda baca, penggunaan bahasa, dan kaidah penulisan. Proses itu biasa disebut dengan editing. Berbarengan dengan proses editing itu, mungkin kita akan menemukan cerita-cerita yang kurang nyambung, tidak logis, atau membutuhkan penjelasan tambahan untuk meyakinkan pembaca, atau memerlukan sentuhan-sentuhan estetik. Di sinilah perlunya revisi atas tulisan kita.
Untuk melakukan revisi kita mesti meluangkan waktu untuk mengendapkan dan merenungkan lagi cerita yang kita buat. Sementara waktu mungkin kita perlu untuk santai, jalan-jalan, dengan tetap membaca karya orang lain dan tidak melupakan sepenuhnya tulisan yang baru kita buat. Seringkali, dari buku-buku yang dibaca kamu akan mendapat masukan untuk ditambahkan dalam tulisanmu.
Untuk merevisi karya kita, mungkin kita juga perlu melontarkan pertanyaan-pertanyaan mendasar. Misal, apakah kita sudah melibatkan keseluruhan indera (perasa, penglihatan, penciuman, pendengaran, penciuman) dalam deskripsi cerita yang kita tulis? Bagaimana perasaan pembaca ketika membaca bagian ini? Di mana bagian yang harus dipangkas dan dipanjangkan?
Terakhir, tidak ada salahnya juga kita mendiskusikan karya kita dengan teman-teman. Mintalah bantuan teman untuk membaca karya kita dan mintalah mereka memberikan kritik dan masukan. Kadang-kadang kita menilai karya kita sudah bagus karena kita telah membuatnya dengan susah payah. Tetapi penting disadari, setiap pembaca punya perspektif sendiri-sendiri dalam menilai karya. Oleh karena itu, jangan sungkan untuk menerima masukan dari orang lain (jika kita anggap cocok) supaya karya kita menjadi lebih baik.
Cobalah periksa kembali hal-hal sederhana tetapi mendasar dan penting, seperti tanda baca, penggunaan bahasa, dan kaidah penulisan. Proses itu biasa disebut dengan editing. Berbarengan dengan proses editing itu, mungkin kita akan menemukan cerita-cerita yang kurang nyambung, tidak logis, atau membutuhkan penjelasan tambahan untuk meyakinkan pembaca, atau memerlukan sentuhan-sentuhan estetik. Di sinilah perlunya revisi atas tulisan kita.
Untuk melakukan revisi kita mesti meluangkan waktu untuk mengendapkan dan merenungkan lagi cerita yang kita buat. Sementara waktu mungkin kita perlu untuk santai, jalan-jalan, dengan tetap membaca karya orang lain dan tidak melupakan sepenuhnya tulisan yang baru kita buat. Seringkali, dari buku-buku yang dibaca kamu akan mendapat masukan untuk ditambahkan dalam tulisanmu.
Untuk merevisi karya kita, mungkin kita juga perlu melontarkan pertanyaan-pertanyaan mendasar. Misal, apakah kita sudah melibatkan keseluruhan indera (perasa, penglihatan, penciuman, pendengaran, penciuman) dalam deskripsi cerita yang kita tulis? Bagaimana perasaan pembaca ketika membaca bagian ini? Di mana bagian yang harus dipangkas dan dipanjangkan?
Terakhir, tidak ada salahnya juga kita mendiskusikan karya kita dengan teman-teman. Mintalah bantuan teman untuk membaca karya kita dan mintalah mereka memberikan kritik dan masukan. Kadang-kadang kita menilai karya kita sudah bagus karena kita telah membuatnya dengan susah payah. Tetapi penting disadari, setiap pembaca punya perspektif sendiri-sendiri dalam menilai karya. Oleh karena itu, jangan sungkan untuk menerima masukan dari orang lain (jika kita anggap cocok) supaya karya kita menjadi lebih baik.
Comments