Era globalisasi yang diiringi dengan kemajuan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Persebaran informasi yang bisa diakses dengan mudah dan cepat mengakibatkan terjadinya perubahan budaya yang sulit terkontrol. Sayangnya perubahan budaya tersebut seringkali bukan menuju ke arah yang lebih baik, melainkan justru sebaliknya.
Besarnya tantangan era globalisasi bagi bangsa Indonesia kurang sebanding dengan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi yang kita miliki. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kita yang masih rendah merupakan realitas sosial yang tengah kita alami saat ini. Bangsa kita akan semakin tertinggal jika selamanya menjadi bangsa yang senang meniru dan membeli produk-produk bangsa asing. Indonesia akan menjadi negara yang lemah jika masyarakatnya tidak kreatif dan menghargai ilmu pengetahuan.
Untuk bisa menjadi bangsa yang mandiri, maju, dan bermartabat memang tidak semudah membalik telapak tangan. Harus ada upaya, dan itu harus melalui proses yang tidak sebentar.
Kaitannya dengan hal tersebut, barangkali kita perlu mengingat ungkapan yang mengatakan bahwa bangsa besar adalah bangsa yang menghargai karya sastra. Karya sastra dipercaya ampuh memberikan berpengaruh terhadap transformasi kebudayaan. Transformasi kebudayaan yang dimaksud di sini adalah perubahan budaya yang menjadikan bangsa ini menuju ke arah yang lebih baik. Karena itulah, sastra tidak boleh diremehkan. Sastra merupakan dokumen kebudayaan yang menjadi salah satu tiang peradaban.
Karya telah diyakini keunggulannya untuk mengembangankan wawasan berpikir bangsa sehingga berperan untuk mencerdaskan bangsa. Bagi pembaca, karya sastra dapat menggugah perasaan, mendorong orang memikirkan masalah masyarakat dan manusia. Membaca karya sastra memungkinkan seseorang mendapat masukan tentang manusia atau masyarakat dan menimbulkan pikiran serta motivasi untuk berbuat sesuatu bagi kemanusaian atau masyarakat itu. Setelah itu, akan timbul kepedulian pribadi dan anggota masyarakat terhadap apa yang dihadapi masayarakat.
Mochtar Lubis dengan yakin pernah mengungkapkan bahwa sastra mampu menggerakkan gelombang kesadaran masyarakat, serta menyuntikkan motivasi masyarakat guna melakukan loncatan tranformasi kebudayan selekas-lekasnya. Sebab karya sastra memiliki spririt untuk membangun nilai-nilai kemajuan. (Ramadhan K.H (Ed), 1995: 80)
Apa saja perubahan budaya yang dipengaruhi oleh karya sastra? Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1. Budaya membaca yang penting di era kemajuan sains dan tekonologi;
2. Rasa simpati terhadap penderitaan masyarakat dan berusaha untuk menaggulanginya;
3. Budaya yang beretika dan bermoral tinggi dalam kehidupan sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat, dan pribadinya;
4. Mencintai kebenaran, keberanian, kejujuran, ketabahan dan ketangguhan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan;
5. Masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri. (Alwi, 2002: 233)
6. Sastra juga dapat mengarahkan kepada pemberdayaan yang bukan saja membuat orang memiliki ketegasan, tetapi juga mampu menghadapi tantangan masa depan.
Begitu besarnya pengaruh karya sastra sehingga para ahli kebudayaan tidak ada yang meremehkan kekuatan sastra.
Meskipun karya sastra bersifat imajiner, namun tetap masuk akal dan mengandung kebenaran (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyanto, 1995: 2). Hal tersebut dikarenakan pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran yang telah diyakini “keabsahannya” sesuai dengan pandangannya terhadap masalah hidup dan kehidupan.
Karya sastra tidak tercipta begitu saja, tetapi merupakan produk intelektual dan perenungan yang terkadang dikerjakan dengan riset yang mendalam. Selain sisi estetika (keindahan), di dalam karya sastra terdapat keseriusan yang tidak jarang memunculkan unsur ilmu pengetahuan. Maka, dengan membaca karya sastra maka pembaca akan bisa menemukan (bukan diajari) nilai-nilai kemanusiaan. (Basuki Ks, 2005: 20)
Oleh sebab itu, dengan menjadikan sastra sebagai agen transformasi kebudayaan maka harapan terwujudnya sebuah bangsa yang maju jadi semakin besar. Sebaliknya, mengesampingkan peran sastra, memandangnya sebelah mata, atau bahkan menilainya sebagai sampah yang tidak beruguna dan tidak berdampak apa-apa adalah awal kehancuran sebuah bangsa.
***
Pemaparan di atas kiranya tepat untuk mengantarkan kita pada pembahasan mengenai fiksi sains dan seluk-beluknya. Betapa selama ini masih banyak orang menganggap bahwa antara sains dan sastra tidak ada hubungannya, dan bahkan saling bertolak belakang. Sains mengedepankan data ilmiah dan test laborat, sementara sastra cenderung mengedepankan dunia rekaan. Padalah, kenyataannya tidak demikian. Sains dan sastra bisa saling padu, saling mendukung dan mengisi.
Mungkin kamu bertanya-tanya, bagaimana itu bisa terjadi? Di titik mana sains dan sastra bisa bertemu? Membaca buku ini, kamu akan menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Tak hanya itu, buku ini juga akan menjabarkan peran imajinasi dalam kemajuan IPTEK serta bagaimana cara sastra menginspirasi penemuan dan pengembangan sains dan teknologi canggih. Bisa jadi kamu terperangah setelah menyimak fakta-fakta tentang teknologi-teknologi yang terinspirasi dari fiksi sains yang akan dipaparkan di buku ini.
Fiksi sains memang sangat menarik untuk diulas lebih dalam. Ia bukan hanya telah menyumbangkan inspirasi kepada para ilmuwan, tetapi lebih dari itu, fiksi sains juga telah media alternatif untuk lebih mendekatkan masyarakat kita dengan dunia IPTEK, dan memberikan spirit kepada masyarakat untuk maju dengan melakukan inovasi-inovasi.
Lalu, bagaimana perkembangan genri prosa fiksi sains di Indonesia? Buku ini akan menjawab pertanyaan tersebut, dengan tidak lupa menyebutkan contoh-contoh fiksi sains karya anak negeri, yang tiga di antaranya akan diberi ringkasan dan ulasan.
Pembahasan-pembahasan di atas ditulis untuk memancing minat generasi muda dalam membaca karya sastra, khususnya fiksi sains. Tetapi jika minat kamu belum muncul juga, penulis merasa perlu untuk juga memberikan kiat efektif bagaimana menumbuhkan sikap dan minat membaca. Selain itu, ada pula kiat-kiat khusus bagaimana membaca prosa fiksi sains yang baik yang sangat berguna untuk meningkatkan kualitas kita dalam membaca fiksi sains.
Barangkali, kamu tidak sekadar ingin menjadi penikmat dan penggemar fiksi sains, melainkan juga ingin menjadi penulis fiksi sains. Itu sebuah keinginan luar biasa dan harus terus dihidupkan dan ditularkan. Dan setiap keinginan, pastilah di situ ada jalan untuk mencapainya.
Sebenarnya sudah banyak buku berkaitan dengan proses kreatif penulisan prosa fiksi, dan kamu bisa membacanya untuk memudahkan terwujudnya keinginanmu. Tetapi, sepanjang pengamatan penulis, belum ada buku yang mengulas secara khusus mengenai kiat-kiat menulis fiksi sains. Oleh sebab itu, buku ini tidak lupa menyajikan pula langkah-langkah mudah dan praktis untuk menulis prosa fiksi sains.
Besarnya tantangan era globalisasi bagi bangsa Indonesia kurang sebanding dengan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi yang kita miliki. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kita yang masih rendah merupakan realitas sosial yang tengah kita alami saat ini. Bangsa kita akan semakin tertinggal jika selamanya menjadi bangsa yang senang meniru dan membeli produk-produk bangsa asing. Indonesia akan menjadi negara yang lemah jika masyarakatnya tidak kreatif dan menghargai ilmu pengetahuan.
Untuk bisa menjadi bangsa yang mandiri, maju, dan bermartabat memang tidak semudah membalik telapak tangan. Harus ada upaya, dan itu harus melalui proses yang tidak sebentar.
Kaitannya dengan hal tersebut, barangkali kita perlu mengingat ungkapan yang mengatakan bahwa bangsa besar adalah bangsa yang menghargai karya sastra. Karya sastra dipercaya ampuh memberikan berpengaruh terhadap transformasi kebudayaan. Transformasi kebudayaan yang dimaksud di sini adalah perubahan budaya yang menjadikan bangsa ini menuju ke arah yang lebih baik. Karena itulah, sastra tidak boleh diremehkan. Sastra merupakan dokumen kebudayaan yang menjadi salah satu tiang peradaban.
Karya telah diyakini keunggulannya untuk mengembangankan wawasan berpikir bangsa sehingga berperan untuk mencerdaskan bangsa. Bagi pembaca, karya sastra dapat menggugah perasaan, mendorong orang memikirkan masalah masyarakat dan manusia. Membaca karya sastra memungkinkan seseorang mendapat masukan tentang manusia atau masyarakat dan menimbulkan pikiran serta motivasi untuk berbuat sesuatu bagi kemanusaian atau masyarakat itu. Setelah itu, akan timbul kepedulian pribadi dan anggota masyarakat terhadap apa yang dihadapi masayarakat.
Mochtar Lubis dengan yakin pernah mengungkapkan bahwa sastra mampu menggerakkan gelombang kesadaran masyarakat, serta menyuntikkan motivasi masyarakat guna melakukan loncatan tranformasi kebudayan selekas-lekasnya. Sebab karya sastra memiliki spririt untuk membangun nilai-nilai kemajuan. (Ramadhan K.H (Ed), 1995: 80)
Apa saja perubahan budaya yang dipengaruhi oleh karya sastra? Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1. Budaya membaca yang penting di era kemajuan sains dan tekonologi;
2. Rasa simpati terhadap penderitaan masyarakat dan berusaha untuk menaggulanginya;
3. Budaya yang beretika dan bermoral tinggi dalam kehidupan sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat, dan pribadinya;
4. Mencintai kebenaran, keberanian, kejujuran, ketabahan dan ketangguhan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan;
5. Masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri. (Alwi, 2002: 233)
6. Sastra juga dapat mengarahkan kepada pemberdayaan yang bukan saja membuat orang memiliki ketegasan, tetapi juga mampu menghadapi tantangan masa depan.
Begitu besarnya pengaruh karya sastra sehingga para ahli kebudayaan tidak ada yang meremehkan kekuatan sastra.
Meskipun karya sastra bersifat imajiner, namun tetap masuk akal dan mengandung kebenaran (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyanto, 1995: 2). Hal tersebut dikarenakan pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran yang telah diyakini “keabsahannya” sesuai dengan pandangannya terhadap masalah hidup dan kehidupan.
Karya sastra tidak tercipta begitu saja, tetapi merupakan produk intelektual dan perenungan yang terkadang dikerjakan dengan riset yang mendalam. Selain sisi estetika (keindahan), di dalam karya sastra terdapat keseriusan yang tidak jarang memunculkan unsur ilmu pengetahuan. Maka, dengan membaca karya sastra maka pembaca akan bisa menemukan (bukan diajari) nilai-nilai kemanusiaan. (Basuki Ks, 2005: 20)
Oleh sebab itu, dengan menjadikan sastra sebagai agen transformasi kebudayaan maka harapan terwujudnya sebuah bangsa yang maju jadi semakin besar. Sebaliknya, mengesampingkan peran sastra, memandangnya sebelah mata, atau bahkan menilainya sebagai sampah yang tidak beruguna dan tidak berdampak apa-apa adalah awal kehancuran sebuah bangsa.
***
Pemaparan di atas kiranya tepat untuk mengantarkan kita pada pembahasan mengenai fiksi sains dan seluk-beluknya. Betapa selama ini masih banyak orang menganggap bahwa antara sains dan sastra tidak ada hubungannya, dan bahkan saling bertolak belakang. Sains mengedepankan data ilmiah dan test laborat, sementara sastra cenderung mengedepankan dunia rekaan. Padalah, kenyataannya tidak demikian. Sains dan sastra bisa saling padu, saling mendukung dan mengisi.
Mungkin kamu bertanya-tanya, bagaimana itu bisa terjadi? Di titik mana sains dan sastra bisa bertemu? Membaca buku ini, kamu akan menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Tak hanya itu, buku ini juga akan menjabarkan peran imajinasi dalam kemajuan IPTEK serta bagaimana cara sastra menginspirasi penemuan dan pengembangan sains dan teknologi canggih. Bisa jadi kamu terperangah setelah menyimak fakta-fakta tentang teknologi-teknologi yang terinspirasi dari fiksi sains yang akan dipaparkan di buku ini.
Fiksi sains memang sangat menarik untuk diulas lebih dalam. Ia bukan hanya telah menyumbangkan inspirasi kepada para ilmuwan, tetapi lebih dari itu, fiksi sains juga telah media alternatif untuk lebih mendekatkan masyarakat kita dengan dunia IPTEK, dan memberikan spirit kepada masyarakat untuk maju dengan melakukan inovasi-inovasi.
Lalu, bagaimana perkembangan genri prosa fiksi sains di Indonesia? Buku ini akan menjawab pertanyaan tersebut, dengan tidak lupa menyebutkan contoh-contoh fiksi sains karya anak negeri, yang tiga di antaranya akan diberi ringkasan dan ulasan.
Pembahasan-pembahasan di atas ditulis untuk memancing minat generasi muda dalam membaca karya sastra, khususnya fiksi sains. Tetapi jika minat kamu belum muncul juga, penulis merasa perlu untuk juga memberikan kiat efektif bagaimana menumbuhkan sikap dan minat membaca. Selain itu, ada pula kiat-kiat khusus bagaimana membaca prosa fiksi sains yang baik yang sangat berguna untuk meningkatkan kualitas kita dalam membaca fiksi sains.
Barangkali, kamu tidak sekadar ingin menjadi penikmat dan penggemar fiksi sains, melainkan juga ingin menjadi penulis fiksi sains. Itu sebuah keinginan luar biasa dan harus terus dihidupkan dan ditularkan. Dan setiap keinginan, pastilah di situ ada jalan untuk mencapainya.
Sebenarnya sudah banyak buku berkaitan dengan proses kreatif penulisan prosa fiksi, dan kamu bisa membacanya untuk memudahkan terwujudnya keinginanmu. Tetapi, sepanjang pengamatan penulis, belum ada buku yang mengulas secara khusus mengenai kiat-kiat menulis fiksi sains. Oleh sebab itu, buku ini tidak lupa menyajikan pula langkah-langkah mudah dan praktis untuk menulis prosa fiksi sains.
Terakhir, meskipun buku ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh, tetapi apalah artinya jika kamu hanya berhenti membaca pada pendahuluan ini saja.
Silakan download ebook lengkapnya: Ebook Fiksi Sains dan Spirit Kemajuan, semoga bermanfaat
Comments