Novel Supernova Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh dengan tebal 318 halaman ini memang menawarkan sesuatu yang berbeda dari novel-novel konvesional. Model penceritaannya yang bolak-balik antara Dimas-Ruben, Re-Rana, Diva, dan Supernova bisa dikatakan unik dan baru. Belum lagi bahasanya yang puitis, dan penuh dengan muatan sains membuat novel ini semakin kaya.
Tentang pembaruan dan keunikan novel KPBJ dalam mengeklorasi sains lewat fiksi, sudah banyak kalangan sastra mengakuinya. Taufiq Ismail mengemukakan bahwa pembaruan yang dilakukan pengarang Supernova adalah salah satu kesegaran baru yang muncul dalam sastra Indonesia. Penelusuran nilai lewat sains, spriritual dan percintaan yang cerdas, unik dan mengguncang. Juga Jakob Sumardjo yang menyatakan bahwa Supernova menilai argumentasi-argumentasi baru terhadap nilai lama sehingga pembaca memiliki persepsi baru tentang keberadaannya.
Ketika membaca halaman-halaman awal novel ini, mungkin memang terkesan agak berat, karena Dee langsung masuk pada pembahasan sains. Tetapi lama kelamaan pembaca semakin larut dalam jalinan peristiwa sehingga novel ini menjadi tidak membosankan. Terlebih lagi, Dee menuliskan catatan kaki (footnote) dalam istilah-istilah sains yang dirasa perlu bagi pembaca awam.
Selain kekurangan di atas, pada beberapa bagian (hlm. 57-62 dan 65-69) Dee terkesan hendak menggurui pembaca dengan menghadirkan dialog panjang antara Reuben dan Dimas. Dialog-dialog yang penuh muatan sains tersebut di satu sisi memang meyakinkan pembaca bahwa Dee sangat menguasai topik yang dibahas, tetapi di sisi lain bisa menghilangkan kenikmatan pembaca dalam mengikuti alur cerita..
Melalui kisah Ruben dan Dimas, juga Re dan Rana, pengarang sebenarnya juga bermaksud menyampaikan teori fisika kuantum (hlm. 46). Mulanya kehidupan Re dan Rana ibarat sebuah sistem yang teratur. Pertemuan Re dan Rana adalah suatu gerak yang disebut Reuben sebagai loncatan kuantum. Rana adalah atraktor asing bagi mekanisme kehidupan Re, demikian juga sebaliknya. Keteraturan yang bertemu dengan keteraturan lain ini kemudian menghasilkan ketidakteraturan, penerapan konsep order dan disorder.
Selain istilah-istilah sains di atas, Dee juga memperkenalkan kepada pembaca tentang titik bifurkasi, dan teori chaos. Re dan Rana yang saling mencintai membuka keniscayaan yang disebut Reuben sebagai titik bifurkasi, yaitu terbukanya kemungkinan-kemungkinan yang (sebelumnya) tak tersedia di dalam sebuah sistem. Sementara kehidupan Re yang berubah drastis merupakan pengejawantahan teori chaos yang diperbincangkan oleh pasangan Reuben dan Dimas di mana suatu struktur yang telah tertata rapi (kehidupan Re) disusupi oleh sosok asing yang mengacak sistem tersebut, yaitu Rana.
Maman S. Mahayana (2007: 344) mengakui bahwa Supernova merupakan novel yang memanfaatkan science dalam kepentingan fiksi. Dialog Ruben-Dhimas, misalnya, sarat dengan nuansa sains, sekaligus juga memperkuat ketokohan keduanya. Begitu pula pemaparan sejumlah teori, baik yang diberi keterangan danal catatan kaki, mapun yang diinterasikan dalam deskiripsi dan dialog antar tokoh, memastikan luasnya wawan Dee dalam bidang itu setidak-tidaknya, ia sangat tidak miskin bacaan.
Di halaman akhir novel ini, Dee (2012: 318) mengatakan bahwa novel Supernova bukanlah okultisme (kepercayaan terhadap hal-hal suptranatural). Supernova adalah novel yang mengolah apa saja—sejarah, mitos, sains, bahkan daftar belanjaan—untuk menunjukkan simpul-simpul benang perak dalam jaring laba-laba kehidupan. Di alam relatif yang serba tidak pasti ini, menurut Dee, Supernova hanya menjamin satu hal: perubahan cara pandang kita terhadap hidup akan berdampak besar pada dunia melampaui apa yang bisa kita bayangkan.
Dewi Lestari atau yang akrab disapa Dee lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Mulanya Dee dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu, tetapi kemudian KPBJ telah membuatnya lebih dikenal sebagai seorang novelis. Dee juga dianugrahi penghargaan A Playful Mind Award (2003).
Meskipun KPBJ terdapat sekuelnya (“Akar”, “Petir”, dan terakhir adalah “Partikel”) tetapi novel KPBJ bisa berdiri sendiri, artinya bisa dinikmati secara utuh tanpa harus membaca sekuelnya. Sebelumnya, novel ini pernah diterbitkan oleh penerbit Truedee Book tahun 2001 dan pada tahun 2012 diterbitkan kembali oleh Bentang Pustaka.
Baca ringkasan novel supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh.
Tentang pembaruan dan keunikan novel KPBJ dalam mengeklorasi sains lewat fiksi, sudah banyak kalangan sastra mengakuinya. Taufiq Ismail mengemukakan bahwa pembaruan yang dilakukan pengarang Supernova adalah salah satu kesegaran baru yang muncul dalam sastra Indonesia. Penelusuran nilai lewat sains, spriritual dan percintaan yang cerdas, unik dan mengguncang. Juga Jakob Sumardjo yang menyatakan bahwa Supernova menilai argumentasi-argumentasi baru terhadap nilai lama sehingga pembaca memiliki persepsi baru tentang keberadaannya.
Ketika membaca halaman-halaman awal novel ini, mungkin memang terkesan agak berat, karena Dee langsung masuk pada pembahasan sains. Tetapi lama kelamaan pembaca semakin larut dalam jalinan peristiwa sehingga novel ini menjadi tidak membosankan. Terlebih lagi, Dee menuliskan catatan kaki (footnote) dalam istilah-istilah sains yang dirasa perlu bagi pembaca awam.
Selain kekurangan di atas, pada beberapa bagian (hlm. 57-62 dan 65-69) Dee terkesan hendak menggurui pembaca dengan menghadirkan dialog panjang antara Reuben dan Dimas. Dialog-dialog yang penuh muatan sains tersebut di satu sisi memang meyakinkan pembaca bahwa Dee sangat menguasai topik yang dibahas, tetapi di sisi lain bisa menghilangkan kenikmatan pembaca dalam mengikuti alur cerita..
Melalui kisah Ruben dan Dimas, juga Re dan Rana, pengarang sebenarnya juga bermaksud menyampaikan teori fisika kuantum (hlm. 46). Mulanya kehidupan Re dan Rana ibarat sebuah sistem yang teratur. Pertemuan Re dan Rana adalah suatu gerak yang disebut Reuben sebagai loncatan kuantum. Rana adalah atraktor asing bagi mekanisme kehidupan Re, demikian juga sebaliknya. Keteraturan yang bertemu dengan keteraturan lain ini kemudian menghasilkan ketidakteraturan, penerapan konsep order dan disorder.
Selain istilah-istilah sains di atas, Dee juga memperkenalkan kepada pembaca tentang titik bifurkasi, dan teori chaos. Re dan Rana yang saling mencintai membuka keniscayaan yang disebut Reuben sebagai titik bifurkasi, yaitu terbukanya kemungkinan-kemungkinan yang (sebelumnya) tak tersedia di dalam sebuah sistem. Sementara kehidupan Re yang berubah drastis merupakan pengejawantahan teori chaos yang diperbincangkan oleh pasangan Reuben dan Dimas di mana suatu struktur yang telah tertata rapi (kehidupan Re) disusupi oleh sosok asing yang mengacak sistem tersebut, yaitu Rana.
Maman S. Mahayana (2007: 344) mengakui bahwa Supernova merupakan novel yang memanfaatkan science dalam kepentingan fiksi. Dialog Ruben-Dhimas, misalnya, sarat dengan nuansa sains, sekaligus juga memperkuat ketokohan keduanya. Begitu pula pemaparan sejumlah teori, baik yang diberi keterangan danal catatan kaki, mapun yang diinterasikan dalam deskiripsi dan dialog antar tokoh, memastikan luasnya wawan Dee dalam bidang itu setidak-tidaknya, ia sangat tidak miskin bacaan.
Di halaman akhir novel ini, Dee (2012: 318) mengatakan bahwa novel Supernova bukanlah okultisme (kepercayaan terhadap hal-hal suptranatural). Supernova adalah novel yang mengolah apa saja—sejarah, mitos, sains, bahkan daftar belanjaan—untuk menunjukkan simpul-simpul benang perak dalam jaring laba-laba kehidupan. Di alam relatif yang serba tidak pasti ini, menurut Dee, Supernova hanya menjamin satu hal: perubahan cara pandang kita terhadap hidup akan berdampak besar pada dunia melampaui apa yang bisa kita bayangkan.
Dewi Lestari atau yang akrab disapa Dee lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Mulanya Dee dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu, tetapi kemudian KPBJ telah membuatnya lebih dikenal sebagai seorang novelis. Dee juga dianugrahi penghargaan A Playful Mind Award (2003).
Meskipun KPBJ terdapat sekuelnya (“Akar”, “Petir”, dan terakhir adalah “Partikel”) tetapi novel KPBJ bisa berdiri sendiri, artinya bisa dinikmati secara utuh tanpa harus membaca sekuelnya. Sebelumnya, novel ini pernah diterbitkan oleh penerbit Truedee Book tahun 2001 dan pada tahun 2012 diterbitkan kembali oleh Bentang Pustaka.
Baca ringkasan novel supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh.
Comments